Banyak hal yang bisa menjadi pertimbangan penting bagi seorang pemodal untuk berinvestasi di obligasi. Salah satu factor yang penting adalah yield. Secara umum, yield berarti perolehan imbal hasil (return) dari investasi obligasi dalam jangka waktu setahun. Karenanya, yield dalam obligasi kadang kala setara dengan tingkat bunga obligasi itu dalam jangka 12 bulan.

Sejak kita belajar tentang obligasi, kita selalu membahas bahwa investor membeli obligasi untuk disimpan hingga jatuh tempo. Namun sebenernay obligasu tidak harus ditunggu sampai jatuh tempo.

Setiap saat investor bisa saja menjual obligasinya di pasar. SEbab harga obligasi juga bisa berfluktuasi di pasar. Tapi, sebelum membahas soal harga, terlebih dahulu kita harus memahami tentang konsep yield.

Yield adalah angka yang menunjukan tingkat imbal hasil atau keuntungan yang diperoleh investor dari obligasi. Cara yang paling sederhana untuk menghitung yield adalah dengan rumus : nilai bunga dibagi dengan harga obligasinya. Karenanya, jika anda membeli sesuatu obligasi di harga parinya, yield obligasi itu setara dengan tingkat bunganya. Nah, begitu harga obligasi itu berubah, yieldnya juga akan berubah.
Yield Obligasi juga sangat bergantung pada harga obligasi tersebut. Sementara, harga obligasi sendiri sangat bergantung pada banyak factor. Selain factor permintaan dan penawaran, kondisi makro ekonomi dan tren suku bunga juga sangat mempengaruhi pergerakan harga obligasi di pasar.

Untuk memahami lebih mandalam tentang hubungan imbal hasil atau yield dengan harga obligasi, investor juga mesti memahami konsep harga ini sendiri.
Di pasar harga obligasi  dinyatakan dalam persentase terhadap nilai parnya. Pada saat awal penerbitan harga obligasi biasanya adalah sebesar 100. Artinya untuk membeli obligasi itu investor harus membayar sebesar 100% dari nilai pernya.
Seiring  mekanisme pasar, harga obligasi itu bisa naik atau turun. Taruh kata harga obligasi itu turun menjadi 95 itu artinya unutk membeli obligasi senilai Rp. 100 miliar, investor cukup membayar Rp. 95 miliar atau 95% dari nilai parnya.
Pergerakan harga obligasi sendiri bergantung pada banyak faktor. Sesuai rumus pasar, semakin banyak permintaannya dan semakin sedikit pasokannya, harga suatu obligasi akan meningkat.

Selain itu, kondisi makroekonomi dan tren suku bunga domestik dan luar negri juga sangat mempengaruhi pergerakan bunga obligasi.
Khusus berhubungan dengan bunga jika suku bunga harga obligasi cenderung naik, ini terjadi karena investor cenderung memburu obligasi lama yang masih menawarkan bunga tinggi. Investor bersedia memperoleh yield yang rendah untuk mengejar obligasi itu. Karenanya, disaat harga naik, yield obligasi justru turun.

Jika suku bunga naik, harga obligasi yang beredar di pasar justru akan turun. Ini terjadi karena investor menginginkan imbal hasil (yield) yang tinggi dari obligasi yang ada di pasar untuk mengimbangi kenaikan bunga. Yield yang tinggi ini hanya bisa tercapai jika investor membeli obligasi itu di harga rendah. (Yoan Adelina Paul)

Daftar gratis di Olymp Trade: