Banyak orang yang ingin kaya namun tidak mengetahui caranya. Salah satu penghasil kekayaan terbesar adalah saham. Namun bagaimana caranya memilih saham yang tepat agar tidak rugi? Untuk menjadi ahli dapat memilih saham ada banyak hal yang perlu dipelajari mulai dari mengerti laporan keuangan perusahaan, mengetahui kapan waktu terbaik untuk membeli dan menjual sampai mengetahui saham perusahaan mana yang masih murah.

Solusi untuk masalah di atas adalah berinvestasi di reksadana saham. Namun masalah berikutnya muncul, dari banyak reksadana saham yang ada, mana yang terbaik untuk kita pilih. Performa reksadana saham yang baik saat ini belum tentu baik di masa depan. Bisa saja pengelola dana suatu reksadana yang bagus pindah ke perusahaan lain akibatnya mempengaruhi hasil reksadana yang sebelumnya dikelola. Belum lagi ada biaya subscription, redemption dan manajemen untuk reksadana yang kita beli sehingga hasil yang kita peroleh menjadi lebih rendah.

Warren Buffet salah satu orang terkaya di dunia mempunyai solusi untuk itu. Ia menyarankan agar orang-orang “stick with low-cost index funds”. Hal ini merupakan kritik Buffet terhadap manajer investasi yang membebankan biaya manajemen yang tinggi. Ia berpendapat lebih baik berinvestasi pada reksadana berbasis indeks dengan biaya yang sangat rendah daripada berinvestasi ke reksadana konvensional yang sering hasil investasinya lebih rendah daripada imbal hasil acuan pasar.

Reksadana indeks merupakan reksadana yang instrumennnya menyerupai komponen suatu indeks, dapat berupa indeks saham atau obligasi. Caranya adalah manajer investasi membeli instrumen dengan bobot yang sama dengan komponen indeks tersebut. Jika IHSG adalah acuan imbal hasil yang kita gunakan, maka reksadana saham konvensional targetnya adalah mengalahkan imbal hasil IHSG. Namun untuk reksadana indeks tujuannya adalah menyamai imbal hasil IHSG. Pengelolaan dana seperti ini lebih mudah dilakukan karena tinggal mengikuti komponen indeks yang ingin di ikuti akibatnya biaya manajer investasi akan rendah. Jadi anda ingin memilih yang konvensional yang dapat performanya lebih rendah atau lebih tinggi dari indeks atau reksadana indeks yang menyamai performa indeks?

Reksadana indeks bermula dari seorang lulusan Princeton University bernama John Bogle yang membuat tesis dengan judul “Mutual Funds can make no claims to superiority over the Market Averages.” Dalam tulisannya tersebut, dia menemukan bahwa ternyata mayoritas reksadana saham yang dikelola secara aktif di Amerika ternyata tidak mampu mengalahkan imbal hasil indeks.  pasar (benchmark). Tulisan inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya reksadana indeks. Pada tahun 1976, Bogle membuat reksadana indeks pertama untuk investor retail dengan nama Vanguard 500.

Di Indonesia popularitas reksadana indeks masih dibawah reksadana konvensional. Hanya ada beberapa reksadana indeks di Indonesia, yaitu:

Jika anda perhatikan beberapa reksadana indeks diatas, saya tidak dapat menemukan reksadana yang dapat dibilang benar-benar mengikuti pergerakan acuan indeksnya. Mayoritas dari reksadana tersebut diatas mengalokasikan dananya 80%-100% pada saham yang berada dalam indeks tersebut dan sisanya pada saham lain, obligasi atau instrumen keuangan lainnya. Jadi tidak seperti Vanguard 500. Jika diperhatikan biaya manajemen reksadana tersebut antara 1%-3%, rata-rata 2%. Oleh karena itu saran Buffet saat ini belum dapat diimplementasi di Indonesia.

 

Daftar gratis di Olymp Trade: