Sepatu kulit ikan saat ini menjadi buah bibir dikalangan masyarakat Indonesia. Bagaiama tidak, perintis bisnis sepatu kulit ikan ini ialah seorang wanita yang terus berusaha meyakinkan konsumen untuk melirik hasil karyanya. Banyak komentar yang telontar ketika mengetahui bahwa barang yang dijual ialah hasil dari penyamakan kulit ikan nila, kakap, dan kaci-kaci. Mulai dari kekhawatiran bau yang amis hingga tercium oleh kucing. Perjalanan bisnis tidak akan seindah terlihat ketika sudah berada dipuncak kesuksesan. Wanita asal Tangerang itu mengawali bisnisnya dan tertarik pada kulit ikan sekitar 4 tahun lalu. Pertemuan Ningsih, pengusung nama Pinapple Shoes sebagai brand produknya dengan Nurul Haq penyamak kulit Ikan Nila pertama menjadikan ia beralih bahan baku produksi tas dan sepatu dari kulit sapi menjadi kulit ikan.

Bisnis Sepatu Kulit Ikan Pineapple Shoes

Ia mengawali bisnisnya dengan melaunching sepatu dari kulit Ikan Kakap. Satu hal yang menjadi prinsipnya ketika melirik bisnis kulit ikan ini ialah mengangkat nilai dari sebuah kulit ikan baik secara nominal harga maupun kualitas. Berbicara kualitas, mungkin sebagian orang akan meragukan ketahanan yang didapatkan dari kulit ikan. Bahan kulit ikan yang didapatkan dari nelayan binaan Dinas Perikanan dan Kelautan Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta itu setelah disamak selama 10 hari kemudian diuji selama satu tahun oleh Ningsih. Kulit ikan yang kebanyakan orang lihat ialah tipis dan tidak akan tahan lama. Namun setelah diuji, teksturnya yang tebal dan tidak seperti kulit biasanya memiliki ketahanan 3 tahun lebih kuat dibandingkan dengan kulit sapi bahkan dalam kondisi panas dan hujan. Membangun kepercayaan kepada konsumen perlu adanya kerja keras melalui bukti nyata.

Sumber: https://www.cradio.fm/

Pada tahap pengenalan pasar di tiga tahun pertama penjualan, Ningsih dan timnya harus membawa kulit mentah ikan. Hal tersebut ia lakukan agar konsumen dapat melihat secara langsung perbedaan sebelum dan sesudah proses penyamakan kulit ikan. Selama proses penyamakan, ia membutuhkan 7 lembar kulit ikan dengan 4 orang penjahit dan tukang pola. Ningsih menargertkan konsumennya pada kaum wanita dengan menjualkan sepatu dan tas jinjing karena menyesuaikan kebutuhan pasarnya. Mengambil target konsumen dikalangan menengah keatas, ia memberikan tawaran harga flat shoes mulai Rp 250.000 sampai dengan Rp 500.000 setiap pasang. Kemudian, untuk tas jinjing ia berikan harga mulai Rp 1,5 juta.

Khusus pada jenis sepatu heels, dalam waktu satu hari hanya dapat mengerjakan 2 pasang.Produk yang sudah mengembangkan sayapnya pada produksi kemeja dari kulit ikan itu lebih banyak diproduksi sesuai dengan keinginan pelanggan khususnya untuk model sepatu. Pelanggan akan mendapatkan pesanan secara online melalui sosial media yang ada. Setelah itu mereka akan ditawarkan 2 pilihan, apakah sesuai dengan desain toko atau ingin memesan model sesuai keinginan. Pengerjaan dari sepatu kulit ikan sendiri sesuai pesanan pelanggan kurang lebih 2 hingga 5 hari.

Suatu produksi tidak akan terlepas dari pembuangan limbah yang terkadang dibiarkan oleh pelaku usaha industri. Hasil penyamakan kulit khususnya ikan juga tidak luput dari pembuangan sisa kulit ikan, namun berbeda dari kebanyakan limbah lainnya. Sisa dari potongan perca kulit tersebut dapat diinovasikan kembali menjadi hiasan atau barang yang dibutuhkan seperti gantungan kunci, dompet, topi, hingga bingkai. Sang pemilik juga menyebutkan bahwa dapat pula dijadikan sebagai hiasan baju seperti pada kerah. Inilah hasil tangan kreatif anak bangsa yang mengaplikasikan idenya menjadi sebuah bisnis yang bernilai jual tinggi hingga mancanegara.

Daftar gratis di Olymp Trade: