Seringkali kita mendengar istilah yield ataupun yield to maturity. Biasanya istilah ini berkaitan dengan obligasi. Istilah ini juga seringkali kita lihat pada halaman surat kabar yang memuat ringkasan transaksi harga-harga saham dan obligasi.

Biasanya yield ini selalu “mendampingi” laporan atas obligasi yang bersangkutan, selain juga harga obligasi tersebut yang biasanya dinyatakan dalam persentase terhadap par value. Sebenarnya apakah yield itu? Hal itu yang akan saya coba bahas disini.

Sebenarnya secara singkat yield atau yield to maturity dapat didefinisikan sebagai tingkat bunga yang ditawarkan oleh pasar untuk membeli sebuah aset keuangan (tidak hanya terbatas pada obligasi semata) dengan tujuan untuk menukar uang saat ini dengan uang di masa yang akan datang. Yield sebenarnya bukan hanya terkait dengan obligasi, namun juga melekat pada aset / instrumen keuangan lainnya. Namun kecenderungannya kita sering mendengar istilah yield ini dengan kaitannya dengan obligasi. Dikatakan di atas bahwa menukar uang saat ini dengan uang di masa yang akan datang. Hal itu dikarenakan dengan membeli sebuah aset keuangan, kita menukar uang kita dengan sebuah bukti/tanda bahwa perusahaan yang bersangkutan akan mengembalikan uang kita sejumlah uang yang dijanjikannya pada masa yang akan datang.

Sebenarnya, yield merupakan persamaan antara harga beli sebuah instrumen keuangan dengan present value dari semua pemasukan bersih yang diharapkan sampai instrumen keuangan tersebut mencapai maturitas. Secara sederhana, konsepnya dapat digambarkan sebagai berikut:

               P = I1 / (1+y)1 + I2 / (1+y)2 + … + In / (1+y)n

Dimana: P adalah harga beli suatu instrumen keuangan I adalah cash inflow yang diharapkan Y adalah yield to maturity

Contohnya adalah apabila kita hendak membeli sebuah obligasi X yang akan jatuh tempo selama 20 tahun dengan kupon 10%. Nilai par dari obligasi tersebut adalah Rp 10.000.000, dengan harga jual adalah Rp 8.500.000. Maka perhitungan yield to maturity untuk obligasi tersebut adalah: 10.000.000  =  1.000.000/(1+y)1 + 1.000.000/(1+y)2 + … + 11.000.000/(1+y)20

Perlu diperhatikan bahwa cash inflow yang diharapkan dalam obligasi tersebut adalah kupon yang dibayarkan setiap tahun (10% x 10.000.000 = 1.000.000), dan pada akhir tahun ke-20, cash inflow yang diharapkan adalah pembayaran kupon ditambah dengan pembayaran nominal dari nilai par obligasi. Dari perhitungan di atas, didapatkan yield sekitar 12%.

Yield tersebut lebih besar dibandingkan dengan kupon yang ditawarkan (12% vs 10%). Hal ini disebabkan karena obligasi dijual pada discount rate. Sebaliknya, apabila obligasi tersebut dibeli pada harga premium (di atas harga par) maka yield to maturity dari obligasi otomatis akan lebih rendah dibandingkan dengan kupon yang ditawarkan dikarenakan investor harus membayar harga pasar yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai par (Martin Surya Mulyadi).

Daftar gratis di Olymp Trade: