Mandiri Setujui Akuisisi 80% Saham Inhealth
Penandatanganan Conditional Share Purchase Agreement (CSPA) antara Bank Mandiri, Kimia Farma, dan Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) dengan PT Askes (Persero) dan Koperasi Bhakti Askes pada 23 Desember 2014 lalu, dilanjutkan dengan RUPST PT. Bank Mandiri (Persero) yang menghasilkan keputusan menyetujui keputusan perseroan  untuk mengakuisisi 80 persen saham PT Asuransi Jiwa InHealth Indonesia milik PT Askes (Persero), yang telah berubah menjadi BPJS Kesehatan, senilai Rp1,75 triliun. Hal ini juga ditujukan agar sinergi antara BUMN semakin baik dan menjadikan InHealth sebagai pemain utama asuransi kesehatan yang dapat memberikan manfaat terhadap peningkatan pelayanan kesehatan teradap masyarakat.
Dalam prosesnya akuisisi ini akan dilakukan dalam 2 (dua) tahap  yaitu pada tahap pertama, Bank Mandiri akan mengakuisisi 60 persen saham, Kimia Farma dan Jasindo masing-masing 10 persen saham, sementara Askes tetap menguasai 20 persen saham. Pada tahap kedua, Bank Mandiri akan membeli 20 persen saham Askes di Inhealth paling lambat pada akhir tahun ini. Pengakuisisian ini bukan tanpa sebab, melainkan InHealth dengan skema “managed score” nya merupakan salah satu perusahaan yang terus berkembang positif sekaligus menambah koleksi anak perusahaan Bank Mandiri yang dipercaya selalu berkembang pesat dan menjadi pemain utama dalam industrinya.
 
PT BTN Tbk Fokus Salurkan KPR di Pulau Jawa
Tingginya jumlah permintaan di Pulau Jawa dibanding dengan daerah lain membuat RUPST memutuskan untuk menyalurkan kredit pemilikan rumah (KPR) di Pulau Jawa pada 2014 tentu saja tidak melupaka daerah lain yaitu dengan tetap mengggarap pasar yang sedang bangkit di luar pulau tersebut, meskipun pada dasarnya wilayah Jawa, Jabodetabek dan Banten atau yang merupakan Daerah Bisnis I BTN telah menyumbangkan 50% dari keseluruhan portofolio kredit BTN. Posisi kredit dan pembiayaan BTN per Desember 2013 sendiri sebesar Rp100,47 triliun yang meningkat 23 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp81,41 triliun. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada KPR non subsidi, yang meningkat sebesar 36 persen pada 2013. Dengan pencapaian tersebut, BTN tetap mempertahankan posisi sebagai market leader KPR di Indonesia dengan pangsa pasar sebesar 28 persen. Sementara itu, untuk KPR subsidi pemerintah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), BTN tetap mendominasi penyaluran KPR subsidi dengan skema fasilitas likuiditas jangka panjang (FLPP) sebesar 92 persen sepanjang penyaluran 2013 dan akan terus diupayakan untuk tetap berada pada posisi diatas 90%.
 
BEI Berpotensi Menjadi No. 1 di Asean
Meskipun pada saat ini kapitalisasi pasar  masih di bawah Singapura dengan nilai US$ 571,07 miliar dan Malaysia dengan nilai  US$ 498,66 miliar, Bursa Efek Indonesia (BEI) berpotensi untuk menjadi yang terbesar di ASEAN dengan nilai kapitalisasi pasar pada penutupan perdagangan saham, Rabu (26/2) baru sebesar US$ 389,23 miliar atau setara dengan Rp 4.497 triliun dan merupakan nilai ketiga terbesar di kawasan Asean.  Dengan potensi memiliki  jumlah penduduk terbesar dan PDB yang sudah mencapai US$ 900 miliar yang merupakan jumlah terbesar di Asean, pelaku pasar modal di Indonesia harusnya segera mengambil langkah dengan tujuan mendapat gelar tersebut. Keuntungan lain yang sedang didapat BEI saat ini adalah pertumbuhan IHSG yang saat ini naik 6,05% sedangkan indeks di bursa Singapura minus 2,5% dan Indeks di Malaysia minus 2,38% yang menunjukkan bahwa kapitalisasi pasar di Indonesia sebenarnya mampu bersaing atau bahkan mengalahkan kapitalisasi pasar lain di ASEAN atau bahkan dunia. Yang perlu dilakukan adalah usaha sebaik-baiknya dari setiap pihak yang berkepentingan untuk mewujudkannya.
 
Aberdeen akan Akuisisi 80% Saham NISP Asset 
PT NISP Asset Management yang merupakan bagian dari PT NISP Sekuritas, yang kini memiliki saham senilai US$ 300 juta dari sejumlah investor institusi dan ritel di Indonesia, akan segera diakuisisi oleh sebuah perusahaan manajer investasi global asal Skotlandia, Aberdeen Asset Management Plc yang juga merupakan pintu masuk atau batu loncatan dari perusahaan asing tersebut untuk bisa terjun ke dunia reksa dana di Indonesia dan tentu saja akan menjadi salah satu pesaing perusahaan reksa dana asal Indonesia. Jika dibandingkan dengan PT NISP Asset Management itu sendiri yang mempunyai asset senilai US$ 30, Aberdeen Asset Management Plc itu sendiri sekarang telah memiliki dana kelolaan mencapai US$ 320,6 miliar atau sekitar Rp 3.847 triliun. Serta, saat ini Aberdeen telah menginvestasikan dana sebesar US$ 2,8 miliar ke beberapa saham di Bursa Efek Indonesia (BEI).
 
Laba Matahari Melonjak 86%
Penekanan beban usaha yang dilakukan oleh PT. Matahari Putra Prima, Tbk menjadi salah satu penyebab melonjaknya perolehan laba di tahun 2013 kemarin yang dibukukan mencapai 86% yaitu senilai 445 Milyar dari laba sebelumnya yang hanya 239 Milyar. Selain menekan beban usaha senilai hingga 400 Milyar, PT. Matahari Putra Prima juga mengubah sedikit fokus pemasarannya kepada Matahari Food Business (MFB) dan dinilai berhasil hingga MFB itu sendiri menjadi market leader dan terus menerus mendapatkan keuntungan di tiap tahunnya atau dengan kata lain, dari beberapa tahun sebelumnya belum ada penurunan angka perolehan yang dirasakan oleh PT. Matahari Putra Prima, Tbk yang membuktikan bahwa permintaan pasar yang juga terus meningkat terhadap produk-produk menengah  yang ditawarkan oleh perusahaan.

Daftar gratis di Olymp Trade: