Petrosea Tambah Capex Jadi Rp 500 M
PT Petrosea Tbk (PTRO) menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) tahun ini sebesar US$ 45 juta atau sekitar Rp 500 miliar. Capex tersebut lebih besar dibandingkan tahun lalu US$ 30 juta. Anak usaha PT Indika Energy Tbk (INDY) tersebut akan mengandalkan kas internal untuk membiayai capex. Sesuai rencana, sebagian besar capex akan digunakan untuk merawat peralatan. Tahun ini, kontraktor pertambangan tersebut menargetkan pendapatan naik 10% menjadi sebesar US$ 393 juta atau setara Rp 4,4 triliun, dibandingkan tahun lalu Rp 4 triliun. Sektor pertambangan diperkirakan bakal menjadi contributor terbesar pendapatan perseroan. Tahun lalu, sektor jasa pertambangan menyumbang 87% dari total pendapatan.   Tahun ini, perseroan telah mendapatkan kontrak penambahan volume untuk jasa pertambangan. Selain itu, total kontrak yang bakal dilaksanakan tahun ini sebesar US$ 1,3 miliar.
PUDP Bukukan Pendapatan Rp95,02 Miliar
Pengembang properti, PT Pudjiadi Prestige Tbk (PUDP) membukukan pendapatan sebesar Rp 95,02 miliar sepanjang 2013, naik 1,59% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 93,53 miliar. Laba bersih perseroan meningkat 24,79% menjadi Rp 26,38 miliar pada 2013 dibandingkan tahun sebelumnya senilai Rp 21,14 miliar. Adapun peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan pendapatan sewa apartemen dari Rp 16,43 miliar pada 2012 menjadi Rp17,52 miliar pada 2013. Pendapatan hotel juga meningkat cukup signifikan dari Rp 39,51 miliar pada 2012 menjadi Rp 48,77 miliar pada 2013 atau meningkat sebesar 23,44%. Perusahaan yang sejak1994 sudah melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini mencatatkan kenaikan ekuitas pada 2013 menjadi Rp 277,97 miliar, tumbuh 8,95% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 254,43 miliar.
APLI akan Buyback 6,38% Sahamnya
PT Asiaplast Industries Tbk (APLI) akan melakukan pembelian kembali (buyback) saham perseroan yang telah dikeluarkan maksimal sejumlah 6,38% dari seluruh jumlah saham atau 95,63 juta saham dengan nilai Rp 9,56 miliar. Sebelumnya, perseroan telah melakukan pembelian kembali I (Buyback I) pada 2012 dan 2013 sejumlah 54.37 juta saham perseroan atau 3,62% dari modal ditempatkan sebesar 1,5 miliar saham. Pembelian dilakukan setelah dikeluarkannya keputusan dari Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan pada 31 Mei 2012, yang menyetujuibuyback maksimal10% dari seluruh saham dikeluarkan sejumlah 150 juta saham. Pembelian Kembali II (Buyback II) akan dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang rencananya akan diadakan pada 20 Mei 2014. Rencana periode pelaksanaan buybackdari  21 Mei 2014 sampai dengan 30 November 2015.
PADI Akan Bagikan Saham Bonus
PT Minna Padi Investama Tbk (PADI) akan membagikan saham bonus untuk memperkuat struktur permodalan perseroan. Rencananya, perseroan akan mengusulkan pembagian saham bonus hingga 650 juta unit saham. Dan telah sesuai peraturan, asal saham bonus harus telah dimuat dalam laporan keuangan terakhir. Saat ini, perseroan memiliki tambahan modal disetor sebesar Rp 65,4 miliar. Tambahan modal disetor tersebut berasal dari agio saham setelah dikurangi dengan biaya emisi. Dan perseroan mengusulkan pembagian saham bonus dengan rasio 10:3. Dan apabila Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS LB) menyetujui usulan tersebut, maka setiap pemegang sepuluh unit saham, akan mendapatkan tiga unit saham bonus yang diterbitkan perseroan dengan nilai nominal Rp 100. Saham bonus yang dibagikan berasal dari kapitalisasi agio saham akan dibagikan berdasarkan rasio kepemilikan saham. Dengan demikian, tidak akan terjadi dilusi atas kepemilikan saham meskipun jumlah saham akan meningkat.
Smartfren Tambah Pinjaman US$ 30 Juta
PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) menambah pinjaman kredit sebesar US$ 30 juta, dari semula US$ 90 juta menjadi US$ 120 juta. Fasilitas itu diperoleh dari perusahaan finansial berbasis di Singapura, yakni First Anglo Financial Pte Ltd dan menggunakan dana itu untuk membayar sebagian utang. Selama periode Januari – Desember 2013, jumlah liabilitas perseroan tumbuh 37,6%, dari Rp 9,3 triliun pada 2012 menjadi Rp 12,8 triliun. Jumlah tersebut terdiri atas liabilitas lancar sebesar Rp 5,5 triliun dan utang tidak lancar sebesar Rp 7,2 triliun.

Daftar gratis di Olymp Trade: