Kita tentu sepakat, perkembangan teknologi internet menjadi begitu pesat selama dua dasawarsa terakhir. Tidak hanya perbaikan jaringan yang ada, tetapi juga kemunculan perangkat-perangkat elektronik yang semakin memudahkan setiap orang untuk bisa mengakses internet kapan saja dan di mana saja. Perkembangan teknologi ini lalu mengubah sebagian besar pola kehidupan manusia, mulai dari cara berkomunikasi hingga ke dalam sistem bisnis.
Dunia bisnis adalah salah satu dunia yang terkena dampak paling hebat. Kehadiran internet memperluas jaringan usaha di antara para pelaku bisnis, sekaligus meningkatkan transaksi online yang luar biasa pesat. Yang paling penting adalah kini peluang bisnis menjadi semakin terbuka lebar karena kehadiran internet. Namun ternyata tidak semua bisnis mengalami perkembangan sangat pesat karena kehadiran teknologi ini.
Kali ini kami akan membahas apa saja usaha yang akan gulung tikar, atau setidaknya mengalami penurunan penghasilan, karena perkembangan internet ini. Apa saja jenis usahanya? Mari kita simak.
#1 Industri Media Cetak

via kompasiana.com


Usaha media cetak yang dimaksud adalah koran, majalah, tabloid, serta media lain yang berbasis kertas. Usaha ini sudah berkembang sejak abad pertengahan ketika mesin cetak telah ditemukan dan cetakan bisa diproduksi secara massal. Di Indonesia sendiri jenis media cetak sudah berkembang sejak jaman kekuasaan Belanda di segala lini ekonomi.
Berbagai riset yang dilakukan menunjukkan bahwa terjadi perubahan pola konsumsi media oleh masyarakat. Mulai dari mereka yang gemar membaca surat kabar (dalam bentuk fisik), kemudian beralih kepada mengakses radio dan televisi, kini masyarakat modern lebih gemar mengakses informasi yang disodorkan oleh berbagai macam media online dalam bentuk digital. Kelebihannya adalah selain karena bisa diakses gratis, di mana saja, kecepatan penyebaran informasi di internet belum ada tandingannya.
Tentu saja hal ini membuat oplah media cetak menurun tajam. Beberapa media besar dilaporkan mengalami penurunan 20 hingga 30 persen semenjak internet mulai marak digunakan. Sementara banyak media cetak lain yang merugi terpaksa harus gulung tikar. Sekitar akhir tahun 2014 lalu dilaporkan 9 media cetak (majalah dan tabloid) di bawah naungan Grup Kompas Gramedia terpaksa ditutup. Philip Meyer, seorang penulis, bahkan memprediksi media cetak akan mati seluruhnya pada tahun 2040 kelak. Melihat tren penurunan oplah media cetak ini, bisa jadi ramalan itu akan betul terjadi.
#2 Toko Kaset dan CD

via gopego.com


Silakan cek di kota anda. Berdasarkan pengamatan penulis sendiri, sepuluh tahun lalu di Yogyakarta ada beberapa toko penjualan musik (kaset dan CD) yang selalu ramai tiap akhir pekan. Atau ramai pula ketika sebuah kelompok band ternama selesai meluncurkan album terbaru mereka. Hal ini biasanya ditandai dengan poster-poster kelompok band yang terpampang di depan toko kaset dan CD.
Namun sekarang toko-toko musik tersebut hanya bisa dihitung dengan jari. Hanya yang memiliki basis permodalan besar saja, atau basis komunitas yang loyal, yang barangkali masih mempertahankan model bisnis tersebut. Pasalnya, saat ini orang bisa mengakses musik dengan sangat mudah. Tak perlulah pergi ke toko musik untuk membeli kaset atau CD kemudian harus diputar di alat pemutar untuk dapat mendengarkannya. Cukup dengan unduh lewat internet dan didengarkan lewat perangkat telepon pintar saja sudah bisa.
Hal ini juga diperparah dengan model bisnis musisi yang kini menjual karyanya dalam bentuk digital. Sekalipun mereka menjual musik dalam bentuk kaset ataupun CD, mereka juga akan menjualnya secara online, bukan didistribusikan melalui toko-toko musik.
#3 Agen Tiket Perjalanan

via keretamurah.net


Bisnis yang satu ini walaupun masih banyak ditemukan di daerah-daerah wisata, ternyata juga mengalami pemunduran. Dulu barangkali untuk membeli atau memesan tiket perjalanan, orang harus pergi ke agen tiket untuk kemudian membayar dengan tunai. Namun sekarang pembelian tiket perjalanan amat sangat dimudahkan karena internet. Kita bisa meluncur ke situs-situs tertentu ataupun mengunduh aplikasi khusus (secara gratis!) untuk memesan tiket secara lengkap. Pembayaran pun juga bisa dilakukan dengan cara internet banking. Kita benar-benar hanya perlu duduk di satu tempat saja untuk bisa membeli tiket perjalanan.
Hal ini tentu saja menurunkan performa bisnis dari agen tiket. Dari pengamatan penulis, ada begitu banyak agen tiket yang mengubah jenis usahanya, ataupun memperluas jenis usahanya. Jadi agen tiket tidak bisa dijadikan bisnis yang utama saja. Namun mengapa hingga saat ini masih banyak ditemukan agen tiket? Nah, ini tentu karena masih ada permintaan di masyarakat. Artinya, tidak semua mereka yang beli tiket itu menggunakan fasilitas internet. Bagaimanapun sudah jelas terlihat bahwa penurunan penjualan tiket melalui agen tiket itu nyata ada, dan berpotensi menyebabkan usaha ini gulung tikar.
#4 Rental Film

via untappedcities.com


Jenis usaha keempat yang berpotensi gulung tikar karena kehadiran internet adalah rental film. Belasan tahun lalu jenis usaha ini berkembang pesat. Tempat penyewaan film menjamur di jalan-jalan besar di sekitar pemukiman warga, atau sekitar kos mahasiswa. Bahkan penulis sendiri sempat melihat ada persewaan film di dalam pemukiman warga. Hal ini juga didukung dengan belum maraknya komputer, saat itu masih marak VCD/DVD playar sebagai alat pemutar filmnya.
Namun kini sebuah film biasa dinikmati dalam bentuk data digital, bukan lagi dalam bentuk kepingan. Adalah sebuah hal yang ilegal ketika kita mendownload film secara gratis, karena itu artinya kita melanggengkan aksi pembajakan yang tidak menghargai karya intelektual pembuat film. Namun kenyataannya internet memudahkan dan memungkinkan itu semua bisa dilakukan oleh siapa saja. Alhasil, tak bisa dihindari lagi, usaha penyewaan film pasti mengalami kemunduran. Hanya segelintir saja tempat penyewaan film yang masih buka, sebelum akhirnya juga pasti gulung tikar.
#5 Saluran Televisi Berbayar

via nasional.republika.co.id


Pada tahun 1980an, ketika pesawat televisi belum dimiliki secara massal oleh warga, mereka yang punya televisi dan mengakses siarannya wajib membayar iuran. Namun semakin berkembangnya industri ini membuat stasiun-stasiun televisi swasta bermunculan dan menayangkan acara-acara yang menarik untuk ditonton. Siaran pun dinikmati dengan gratis karena televisi mengandalkan pemasukan dari iklan-iklan produk yang mereka tayangkan.
Seiring perkembangan lalu muncullah bisnis saluran televisi berbayar yang menawarkan berbagai macam kelebihan. Misalnya, konten yang eksklusif, konten yang lebih internasional (kita bisa mengakses saluran-saluran luar negeri), konten yang lebih spesifik (misalnya saluran khusus olah raga, khusus film, dsb), hingga saluran televisi yang minim atau bahkan tidak ada iklan sama sekali.
Namun semenjak kehadiran internet, bisa dipastikan industri ini mengalami penurunan. Pasalnya orang saat ini bisa mengakses saluran televisi melalui streaming, ataupun menonton penundaan lewat situs-situs tertentu. Perilaku orang untuk mengakses siaran juga berubah, mereka hanya mengakses yang mereka inginkan saja. Tentu saja ini sangat bisa dilakukan dengan menggunakan internet.
Barangkali masih ada beberapa jenis usaha lain yang mengalami penurunan, atau bahkan harus gulung tikar, karena kehadiran internet ini. Namun yang perlu kita tekankan di sini bahwa itu bukanlah akhir dari bisnis. Setiap pengusaha harus memiliki akal dan kreativitas untuk menjadikan internet bukan sebagai ancaman, tetapi sebagai peluang untuk menumbuhkan bisnis yang lebih besar lagi. Untuk itulah inspirasi-inspirasi bisnis perlu kita cari dan kita gali melalui jaringan pertemanan ataupun mencari sumber-sumber informasi seperti website ini. Selamat berjuang!

Daftar gratis di Olymp Trade: