Berhutang memang merupakan salah satu kata dan kegiatan yang bisa dibilang menimbulkan dilema. Ketika memutuskan untuk berhutang maka akan timbul kewajiban membayar yang terkadang membingungkan, dalam hal ini tidak sesuai dengan dugaan awal saat berhutang tersebut. Namun ketika tidak berhutang, seperti sayang untuk tidak menggunakan fasilitas yang ditawarkan begitu banyak untuk berhutang. Dan lagi, jika berhutang maka akan membuat usaha yang telah dibuka makin berkembang. Atau mungkin, baru punya ide namun belum bisa mengimplementasikannya karena kurang modal.
Situasi-situasi seperti itulah yang memberikan bank kesempatan untuk memberanikan diri agar bisa menawarkan produk-produk berupa kredit kepada masyarakat. Salah satunya KTA. Lantas, bagaimana sebenarnya KTA jika digunakan untuk usaha?
Pada dasarnya, utang seperti halnya urusan lain dalam kehidupan merupakan urusan kepercayaan. Semakin dipercaya seseorang semakin murah mereka mendapatkan utang dan bantuan dari pihak lain. Maka dari itu, modal utang yang paling murah, logikanya adalah dari orang tua atau pasangan sendiri untuk menghindari resiko tidak terbayar. Biasanyapun, pinjaman keluarga seperti ini tidak berbunga dan tidak membutuhkan jaminan. Jaminannya hanyalah ikatan keluarga. Meskipun begitu, tetap saja pinjaman keluarga seperti ini harus menerapkan aturan tertentu agar tidak ada yang dirugikan.
Sebenarnya, dengan menggunakan KTA sebagai modal untuk usaha dapat berarti bahwa Anda mencari makan melalui pemberian kredit tersebut. Tentu saja sah. Tapi sebelumnya, perhatikan pula bahwa aturan utama yang dipakai dalam kegiatan jenis ini adalah semakin bresiko suatu proyek, maka ongkos yang mesti dibayarkan akan semakin tinggi.
Seperti yang kita ketahui bahwa kredit bank tidaklah gampang. Membutuhkan banyak persyaratan termasuk didalamnya bukti bahwa usaha yang Anda buka memiliki kemampuan untuk membayar utang Anda kelak. Bank tentunya akan meminta sebuah laporan keuangan untuk dijadikan bukti dan melihat historis keuangan Anda.
KTA, seperti yang diketahui memiliki persyaratan yang lebih mudah dipenuhi dan jauh lebih membantu untuk usaha kecil yang baru mulai. Tapi KTA memakai prinsip penangkal resiko yang sama. Karena kreditur tidak memegang jaminan dari si peminjam, maka yang terjadi adalah nominal yang akan diterima pun terbatas jumlahnya. Sedangkan ongkos kreditnya sangat tinggi. Bisa hingga 3-4 kali lipat dibandingkan dengan kredit yang memakai jaminan.
Memang, kadang ongkos tersebut tidak terasa karena nominalnya terbilang kecil. Sebagai gambaran, misalnya Anda mendapat KTA sebesar Rp 15 Juta. Maka tiap bulannya Anda harus membayar bunganya sebesar Rp. 450 Ribu. Relatif enteng memang. Padahal angka tersebut sudah menunjukkan bunga 42% efektif per tahun.
Maka dari itu, sebelum meminjam KTA untuk usaha sebaiknya diteliti dulu cara pembayaran, termasuk biaya administrasi dan biaya lainnya yang muncul. Yang harus diingat adalah kredit yang didapatkan bergantung pada kesempatan yang saat ini dimiliki dan bergantung nominal yang diperlukan. Sepanjang utang tersebut menguntungkan, tidak masalah KTA atau bukan.
Kesimpulannya, hitung dulu berapa persen biaya yang akan Anda tanggung dengan atau tanpa jaminan. Menghitung secara cermat merupakan kewajiban ANda termasuk mempersiapkan kemungkinan gagal bayarnya agar tidak membuat shock dikemudian hari.
Selanjutnya, jika Anda kemudian berhasil mendapat KTA dan menggunakannya untuk usaha, lakukan perbandingan antara utang yang Anda miliki dengan kegunaan dari utang tersebut. Jika kemungkinan besar utang itu membantu proses menghasilkan income, dan mampu dibiayai oleh laba usaha, ANda bisa mengambilnya. Jika ternyata tidak dan yang tertinggal hanya beban saja, lebih baik mencari jalan lain untuk mengembangkan usaha. Jangan berhutang.

Daftar gratis di Olymp Trade: