Berdasarkan pendapat para ahli, dalam melakukan analisa terhadap suatu saham, biasanya akan didapati dua hal utama yang mempengaruhi perubahan harga saham tersebut. Yang pertama adalah hal – hal yang berhubungan langsung dengan kondisi perusahaan itu sendiri misalnya pertumbuhan laba yang kecil, proyek yang tidak sesuai harapan, perubahan manajemen, dan lain-lain. Hal – hal ini biasanya disebut dengan risiko yang tidak sistematis (unsystematic risk). Para ahli mengatakan dengan melakukan diversifikasi terhadap jenis saham yang dibeli, maka “unsystematic risk”  akan bisa dikurangi atau  dihilangkan.

Selain risiko di atas, ada satu jenis risiko lagi yang disebut sebagai risiko  sistematis (“systematic risk”) atau dikenal juga sebagai risiko pasar (“market risk”). Pada kondisi ini, pergerakan harga saham secara keseluruhan di dalam suatu pasar biasanya tergantung beberapa faktor eksternal seperti  kebijakan pemerintah, suku bunga, resesi, dan sejenisnya. Hal ini biasanya juga dikenal sebagai sentimen pasar. Namun, tingkat perubahan harga saham secara individual kadang – kadang tidak sama dengan pergerakan pasar secara keseluruhan. Beberapa harga saham bergerak sejalan dengan pergerakan pasar, namun beberapa  saham lainnya harganya bergerak lebih tinggi daripada pergerakan pasar, dan ada juga yang tidak terlalu terpengaruh atau bergerak lebih rendah daripada pergerakan pasar.

Untuk mengukur pergerakan harga suatu saham dibandingkan dengan pergerakan pasar inilah dipergunakan suatu analisa yang disebut Analisa Beta. Perhitungan nilai Beta ini bisa dilakukan dengan mempergunakan analisa regresi. Beberapa website internasional seperti Reuters dan Bloomberg juga memberikan informasi mengenai berapa nilai Beta suatu saham.

Pada dasarnya pasar itu sendiri memiliki nilai Beta setara 1.0 dan nilai Beta harga saham secara individu akan tergantung dari besarnya deviasi (perbedaan) pergerakan harga saham dibandingkan pergerakan harga di pasar secara keseluruhan. Jadi bila suatu saham memiliki nilai beta di atas 1.0, maka saham ini memiliki tingkat perubahan (“volatility”) di atas pasar, sedangkan nilai beta saham di bawah 1.0 maka saham ini memiliki tingkat perubahan di bawah pasar atau tidak terlalu terpengaruh oleh perubahan pasar.

Contohnya, bila saham A memiliki nilai Beta = 2.0, maka bila harga pasar keseluruhan naik atau turun 4%, maka harga saham A ini akan naik atau turun 8%. Sedangkan untuk saham B yang memiliki Beta = 0.75, maka bila pasar naik atau turun 4%, maka saham B ini akan naik atau turun sebesar 3% saja.
Beta juga bisa nol. Hal ini biasanya untuk sekuritas yang tidak memiliki risiko. Contohnya obligasi pemerintah atau uang kas. Beta juga bisa menjadi negatif. Hal ini berarti harga saham berbanding terbalik dengan pasar (banyak yang percaya kalau saham perusahaan tambang emas memiliki Beta negatif).

Dengan demikian sebenarnya nilai Beta ini menggambarkan nilai risiko suatu saham. Beta suatu saham yang tinggi menunjukkan tingkat risiko yang tinggi pada saham tersebut, namun tingkat risiko yang tinggi ini biasanya memberikan tingkat pengembalian investasi yang tinggi juga. Demikian juga sebaliknya, Beta yang rendah menunjukkan tingkat risiko yang rendah pada suatu saham, namun hal ini membawa dampak pada kemungkinan rendahnya tingkat pengembalian investasi.
Untuk para investor di pasar modal, Beta ini juga bisa menjadi salah satu alat ukur sebelum menentukan investasi yang akan dilakukan. Bila ingin mendapatkan keuntungan yang besar (tapi dengan kemungkinan  rugi yang besar juga) maka bisa melakukan investasi pada saham dengan Beta yang tinggi. Tapi bila ingin melakukan investasi yang bersifat lebih aman, maka taruhlah pada saham dengan Beta yang rendah.

Namun penggunaan Beta dalam analisa investasi juga memiliki beberapa kelemahan. Pertama, Beta dihitung berdasarkan data historis dimana data historis tidak selalu menjadi alat ukur yang akurat untuk masa depan. Kedua Beta tidak melihat kepada perubahan – perubahan yang sedang terjadi pada waktu tersebut (misalnya kebijakan pemerintah yang baru) yang mungkin mempengaruhi harga saham.
Karena itu melihat pada kelemahan – kelemahan tersebut, sangat dianjurkan bagi Investor untuk mempergunakan Analisa Beta ini di dalam pengambilan keputusan investasi yang bersifat jangka pendek saja dimana perubahan – perubahan harga akan sangat berpengaruh. Jadi bagi investor yang bermaksud membeli dan menjual saham dalam jangka pendek, analisa Beta dapat menjadi salah satu analisa risiko yang baik.

Untuk investasi yang bersifat jangka panjang, investor harus tetap memperhatikan fundamental dari suatu perusahaan yang akan memberikan gambaran yang lebih baik terhadap risiko jangka panjang dari suatu saham. (Armen Antonius)

Daftar gratis di Olymp Trade: