Tahukah anda bahwa setiap hal yang dekat dengan kehidupan kita sebenarnya memiliki nilai yang cukup untuk dijadikan peluang bisnis? Maka tak heran bila sumber daya yang khas ada pada daerah tertentu akan dijadikan bisnis yang khas pada daerah itu pula. Sebut saja di daerah yang jenis tanah yang dominan di sana adalah tanah liat, maka industri di dekatnya adalah industri keramik. Di daerah lain lagi, pantai misalnya, industri yang dominan kemudian menjadi industri garam atau ikan.
Nah, kali ini kami akan membagikan kepada anda peluang yang bisa anda upayakan dari tanaman yang banyak ditemukan di Indonesia, yakni singkong. Semenjak dulu sebenarnya singkong sudah menjadi makanan pokok bagi masyarakat tertentu. Namun sejenak beras menjadi sangat populer karena kebijakan pemerintah, keberadaan singkong mulai tergeserkan. Seakan-akan makanan ini menjadi makanan kelas dua.
Kendati begitu, sebenarnya singkong ini bisa menjadi jalan masuk pundi-pundi emas mengalir ke dalam dompet anda. Tentu saja perlu ada upaya yang lebih untuk menaikkan nilai singkong yang terhitung rendah ini. Bagaimana prospek bisnis singkong dan apa saja peluangnya? Mari kita temukan jawaban tersebut bersama.
:: Prospek Bisnis Singkong

 
Tak diragukan lagi, prospek bisnis singkong di Indonesia ini masih cerah, terutama di daerah perkotaan maupun di sekitar tempat wisata. Para pengamat agribisnis (bisnis yang berbasis usaha pertanian atau bidang lain yang mendukungnya) melihat singkong ini masih punya prospek bisnis yang sangat baik. Dilihat mulai dari pembibitan singkong hingga nanti pada proses pengolahannya, bisnis ini akan masih sangat baik.
Paling tidak ada tiga alasan yang membuat prospeknya masih cerah. Pertama, karena kebutuhan konsumen akan singkong diprediksi terus mengalami kenaikan dari waktu ke waktu. Kebutuhan ini bahkan dilihat secara nasional, tidak terpusat pada Pulau Jawa saja, tetapi juga di Sumatera, dan sebagian Pulau Kalimantan.
Kedua, budidaya singkong ini termasuk usaha yang tahan krisis. Harganya diprediksi stabil dan tidak bergantung pada kondisi ekonomi nasional. Hal ini dikarenakan tanaman singkong bisa ditumbuhkan pada lahan yang kritis, belum ditambah dengan usaha pemupukan dan perawatan yang minim. Itulah mengapa bila di Yogyakarta, tanaman ini bisa tetap tumbuh di tanah-tanah yang terbilang kering seperti di daerah Gunung Kidul.
Ketiga, peta persaingan bisnis singkong dipercaya masih belum terlalu ketat. Saat ini jenis singkong yang banyak dikenal adalah budidaya singkong Gajah dan singkong Manggu. Singkong Manggu ini barangkali lebih banyak dikenal, sedangkan singkong Gajah baru dikenal belakangan. Kebutuhan nasional terus meningkat, itulah yang membuat singkong selalu terserap pasar dan pelaku usaha tak perlu berjibaku dengan persaingan yang ketat.
Baca: Peluang Bisnis Singkong Gajah
:: Jenis Singkong Yang Berpotensi Dijadikan Bisnis

Seperti yang sudah sedikit disinggung di atas, paling tidak ada dua jenis singkong yang saat ini populer untuk dibudidayakan, yakni singkong gajah dan singkong manggu. Mengapa dua jenis singkong ini? Kedua singkong ini diyakini sebagai jenis singkong yang unggul. Ditilik dari sejarah kehadiran singkong di Indonesia, ada fakta menarik yang perlu kita tahu. Ternyata tanaman ini bukanlah tanaman asli Indonesia. Padsa awalnya tanaman ini dikenal di Brazil dan Paraguay yang lalu masuk ke Indonesia dibawa oleh orang-orang Portugis pada abad 16 lalu.
Mari kita urai satu per satu kedua jenis singkong yang populer tersebut. Singkong Manggu merupakan tanaman yang sudah dikenal sejak jaman dahulu di daerah Jawa Barat. Ukuran singkong Manggu relatif kecil, diameter batangnya hanya sekitar 5 cm. Rata-rata singkong ini dapat dipanen seberat 75 hingga 100 ton setiap hektarnya. Soal rasa, singkong Manggu punya rasa yang cenderung manis.
Sementara singkong Gajah pada awalnya jamak ditemukan di daerah Kalimantan Timur. Anda pasti tahu alasan mengapa dinamai “gajah”? Ya, karena ukurannya yang besar, jauh lebih besar dibanding singkong Manggu. Diameter singkong Gajah rata-rata berukuran 8 cm hingga sebesar paha manusia dewasa. Hasil panennya juga dua kali lebih banyak dari singkong Manggu, yaitu mencapai 150 hingga 200 ton setiap hektarnya. Cita rasanya juga berbeda, singkong Gajah cenderung punya rasa gurih. Orang banyak menganggap seperti singkong yang diberi mentega.
Kedua singkong ini menjadi populer karena tidak mengandung racun, sehingga sangat aman dan terasa enak untuk dikonsumsi. Selain itu kedua jenis singkong ini punya kulit yang mudah dikupas, ditambah dengan tekstur daging yang empuk dan renyah. Selain bisa dikonsumsi setelah direbus (atau dikukus), kedua jenis singkong ini bisa diolah menjadi kue, keripik, getuk, gaplek, singkong bakar, dan olahan makanan lainnya. Yang juga penting untuk kita tahu adalah kedua jenis ini punya kandungan pati yang tinggi sehingga bisa digunakan sebagai bahan industri seperti tepung, mocaf, dan bahan baku bioetanol.
:: Olahan Singkong Yang Terbukti Jadi Ladang Emas

Peluang bisnis singkong ini tidak hanya di atas kertas, melainkan sudah terbukti mendatangkan keuntungan yang sangat besar. Ada begitu banyak kisah sukses pengusaha yang sukses menjalankan bisnis singkong ini. Salah satu yang banyak beredar di internet adalah pengusaha asal Bandung bernama Aceng Kodir. Dia mengolah singkong tersebut menjadi camilan dengan merek Crispy Singkong. Omzat yang diperoleh juga menggiurkan, yakni mencapai Rp 90 juta per bulan.
Biasanya usaha yang sukses memang berawal dari kegelisahan akan sesuatu. Begitu juga dengan Aceng, dia gelisah karena prihatin melihat petani di kampungnya yang hanya bisa menjual singkong seharga Rp 400 tiap kilogramnya. Harga tersebut sangat rendah dan menurutnya jelas-jelas tak bisa menyejahterakan petani.
Maka dia memikirkan cara untuk menaikkan nilai jual singkong tersebut. Awalnya dia membeli beberapa kilogram untuk dibuat menjadi olahan yang crispy dengan modal awal sebanyak Rp 200 ribu. Sebenarnya sederhana saja, singkong tersebut dibuat menjadi semacam kripik supaya bisa dinikmati sebagai cemilan atau teman makan berat. Setelah jadi dia meminta tetangga untuk mencoba. Tak puas tetangga, dia juga meminta pejabat di daerahnya untuk mencicipi singkong crispy buatannya. Respons yang positif yang didapat dari cemilan itu lalu membuatnya berani untuk memproduksi lebih banyak dan memasarkan hasilnya ke pasar yang lebih luas.
Tak puas dengan singkong crispy, dia menambahkan varian baru, yaitu crispy konghui. Konghui ini adalah perpaduan antara singkong dan hui (ubi). Dua produk andalan Aceng itu mendapatkan respon yang sangat baik di masyarakat. Dia menjualnya seharga masing-masing Rp 19 ribu dan Rp 20 ribu. Jika omzet per bulannya hingga mencapai Rp 90 juta per bulan, itu artinya dia dalam sehari bisa menjual rata-rata 150 bungkus.

Selain kisah sukses dari singkong yang dijadikan keripik, ada juga seorang bernama Ari Prasetya yang sukses dengan singkong kejunya. Sebenarnya idenya sederhana, singkong yang digoreng dan memiliki rasa keju. Tentu saja ini menaikkan “kelas” singkong yang biasanya kalah kelas dengan kentang dan umbi-umbian lainnya. Tahun lalu Ari menyebutkan omzetnya bisa mencapai Rp 50 juta tiap bulannya.
Menurutnya, bisnis singkong ini tergolong mudah. Dari sisi produksi, tidak banyak proses pengolahan yang ribet. Singkong dikupas lantas digoreng setengah matang, lalu dimasukkan dalam keju dan bumbu. Singkong didiamkan sehingga bumbu meresap, setelah itu baru digoreng lagi hingga matang. Dari sisi lokasi penjualan juga tak kalah sederhana. Singkong yang dijual di pinggir jalan ala pedagang kaki lima pun pasti juga diburu pelanggan. Dia mengaku modal awal untuk membuat bisnis ini cukup Rp 2 juta saja.
Setelah melihat peluang emas dari bisnis singkong ini maka sudah sepantasnya tidak ada lagi keraguan di benak anda untuk memulainya. Mari bersiap-siap!

Daftar gratis di Olymp Trade: