Sejak berabad-abad yang lalu, bahkan sejak konsep negara belum terwujud, orang-orang di berbagai belahan dunia telah sadar arti pentingnya perdagangan di antara mereka. Masing-masing pedagang berkeliling dunia untuk mencari sumber-sumber dagangan untuk mereka tukarkan dengan barang dari tempat mereka berasal. Banyak literatur yang menyebutkan bahwa dagang adalah aktivitas sosialisasi secara internasional, bahkan dianggap sebagai tameng untuk menghindari perang fisik.

via europas.irtea.gr


Di jaman modern seperti saat ini, kegiatan dagang antarnegara berkembang dengan pesat. Selain karena muncul berbagai asosiasi dagang, perkembangan teknologi internet dan pengiriman barang semakin memudahkan suatu produk bisa tersebar di banyak negara. Artinya, sebuah negara melakukan proses ekspor dan impor dalam proses perdagangan tersebut. Mereka menjual barang mereka ke luar negara, sedangkan mereka juga membeli barang dari negara lain.
Tentu saja setiap negara menginginkan bahwa hasil ekspor mereka lebih besar dari biaya impor. Inilah yang dinamakan dengan neraca perdagangan (balance of trade). Istilah ini mengacu pada selisih bersih antara nilai ekspor suatau negara dan impor barang dagangan. Ekspor dicatat pada sisi aset, sedangkan impor pada sisi kewajiban. Neraca perdagangan dikatakan surplus apabila nilai ekspor melebihi nilai impor, dan dikatakan defisit ketika yang sebaliknya terjadi.
Untuk diketahui, pada situs resminya Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Desember 2015 mengalami defisit sebesar USD 235,8 juta atau sekitar Rp3,25 triliun (kurs Rp13.800/USD). Nilai ekspor Desember mencapai USD 11,89 miliar, sementara impor mencapai USD 12,12 miliar.
Jika kita melihat angkanya saja, barangkali hal itu mudah untuk dihitung tetapi sulit untuk bisa dibayangkan dengan detil. Terlepas dari valid tidaknya angka tersebut, lewat artikel ini anda akan diajak untuk tahu apa saja efek yang muncul karena kondisi neraca perdagangan. Secara khusus, efek yang dituliskan di sini adalah efek terhadap nilai rupiah.
Bagaimana Kaitan Dengan Nilai Tukar Rupiah?
Satu prinsip yang perlu kita pegang adalah kondisi surplus neraca perdagangan akan memperkuat nilai tukar rupiah. Nilai tukar tersebut akan menguat karena kondisi keuangan Indonesia lebih baik; lebih mendapatkan banyak keuntungan. Semakin banyak ekspor, semakin surplus neraca perdagangan, itu artinya nilai tukar rupiah juga semakin kuat. Kendati demikian ada juga negara yang sengaja membuat nilai tukar mata uang negaranya tetap rendah supaya harga barang ekspornya kompetitif di pasaran internasional. Negara itu, misalnya, Jepang.
Ketika negara mengalami defisit dan nilai tukar rupiah melemah, itu adalah saat yang tepat bagi para pebisnis untuk meningkatkan ekspor barang mereka. Ketika nilai tukar rupiah melemah, mereka bisa menjual ke pasar luar dengan harga yang relatif lebih rendah. Tentu saja kualitasnya juga harus tetap dijaga untuk mempertahankan pelanggan. Contoh nyata dari hal ini adalah seperti yang terjadi pada tahun Desember 2015 lalu.

via sp.beritasatu.com


Data BPS menunjukkan bahwa pada bulan tersebut kita mengalami defisit perdagangan yang cukup banyak yakni USD 3,5 miliar. Dengan kondisi defisit tersebut BPS mencatat 9 dari 22 komoditi ekspor mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Beberapa komoditi tersebut adalah kopra, palm oil, aluminium, soy bean, dan sebagainya.
Namun dari sisi mata uang, defisit neraca perdagangan tersebut bisa menimbulkan masalah yang runyam. Misalnya pada pertengahan Januari ini kita harus menghadapi kenyataan kalau nilai tukar rupiah kita terhadap USD melemah. Pengamat mengidentifikasi beberapa penyebab. Pertama, tentu respons negatif pelaku pasar uang pada defisit Desember sebelumnya. Kedua, ini adalah faktor eksternal yang harus diwaspadai: rendahnya harga minyak dunia. Rendahnya harga minyak memunculkan sentimen negatif karena pelaku pasar uang khawatir harga tersebut memengaruhi kinerja pendapatan ekspor penghasil komoditas. Strategi yang diambil para pelaku pasar uang biasanya adalah dengan memilih mata uang yang digunakan patokan, seperti USD.
Ketika orang lebih banyak membeli USD, maka permintaan mata uang tersebut akan meningkat. Peningkatan ini akan menekan nilai tukar mata uang yang mengacu pada USD, yang salah satunya adalah rupiah. Nah, inilah garis bawah dari hubungan antara neraca perdagangan dengan nilai tukar rupiah.

Daftar gratis di Olymp Trade: