Tidak banyak orang yang memandang asuransi apapun sebagai hal yang penting untuk dimiliki, terutama warga di daerah pedesaan. Bagi warga di daerah perkotaan, pasti akan lebih banyak yang memiliki asuransi karena tuntutan kebutuhan.
Namun, seringkali kita mendengar bahwa tidak banyak dari kita yang memiliki asuransi jiwa. Selain karena merasa tidak membutuhkan, terkadang cerita di balik asuransi ini membuat kita tidak merasa nyaman. Hal ini diperkuat juga dengan tenaga pemasaran asuransi yang seakan menggebu-gebu ketika mengatakan, misalnya, sebagai kepala keluarga anda akan meninggal suatu saat dan itu akan memengaruhi perekonomian keluarga anda berikutnya.
Barangkali ini soal psikologis-pemasaran, soal bagaimana membuat orang merasa butuh membeli asuransi tanpa harus membuat dirinya merasa tak nyaman dan justru enggan memiliki produk tersebut. Pasalnya, asuransi jiwa ini sangat penting untuk dimiliki. Anda yang masih bujangan mungkin tidak punya kewajiban untuk membelinya, tetapi anda yang sudah berkeluarga, apalagi anda menjadi tulang punggungnya, memiliki asuransi jiwa adalah sebuah kewajiban.
Masalahnya, sering kita dengar cerita yang tidak sedap soal asuranasi jiwa. Ada beberapa orang yang membeli asuransi jiwa dengan harga premi yang relatif mahal, tetapi tidak mendapat manfaat yang optimal dari asuransi tersebut. Artinya, ada yang salah dari sebagian besar kita dalam memandang asuransi jiwa.
Apa saja yang perlu kita luruskan dari kesalahan ini?
.: Perhatikan Jumlah Uang Pertanggungan
Uang Pertanggungan (UP) sangat penting untuk diketahui ketika anda membeli produk asuransi jiwa. Pasalnya, UP ini bisa dikatakan satu-satunya alasan anda membeli asuransi jiwa. Mengapa demikian? Lantaran UP adalah manfaat yang dibayarkan perusahaan asuransi jika tertanggung meninggal dunia.
Menurut para pakar yang sering berdiskusi dengan pemegang asuransi ini, kebanyakan dari mereka cukup puas dengan uang pertanggungan yang sebesar Rp50 juta, Rp100 juta, hingga Rp250 juta. Jumlah itu sudah dianggap besar dan mereka sudah cukup puas dengan jumlah itu. Padahal, jumlah yang demikian masih membuat pemegang polis asuransi jiwa mengalami underinsure yang relatif besar. Mengapa demikian?
Katakanlah, tertanggung adalah tulang punggung keluarga. Dalam sebulan keluarganya memiliki pengeluaran sebesar Rp10 juta. Jika kita ambil UP paling besar, Rp250 juta, uang itu hanya akan bisa dipakai untuk bertahan hidup selama dua tahun. Setelah dua tahun itu, bagaimana kelanjutan hidup dari orang-orang itu?
Maka sangat penting bagi kita untuk mengetahui dengan detil berapa UP yang ditawarkan oleh asuransi. Untuk menghitung nilai UP yang ideal, kita perlu menerapkan rumus:
Biaya hidup per bulan = UP x 1 persen
Dengan kata lain, jika pengeluaran bulanan keluarga anda sebesar Rp10 juta, maka pastikan UP yang ada minimal sebanyak Rp1 miliar. Jumlah ini adalah jumlah ideal agar anda dan keluarga anda tidak mengalami underinsure.
.: Kita Membeli Proteksi, Bukan Investasi
Ibarat sebuah mobil, membeli produk asuransi jiwa adalah membeli bumper mobil. Ada fungsi proteksi yang kita dapatkan ketika tertanggung suatu saat meninggal dunia. Proteksi inilah yang terwujud dalam UP yang tadi kita sebutkan.
Masalahnya, sering muncul pertanyaan jumlah uang yang akan diterima jika selama jangka waktu yang ditentukan itu dia tidak melakukan klaim asuransi. Barangkali ini pertanyaan wajar mengingat dia tidak ingin uang yang selama ini digunakan untuk membayar premi hangus begitu saja tanpa jejak. Namun ditilik dari pandangan ini, pertanyaan tersebut lahir dari kecenderungan berpikir bahwa fokus dari membeli asuransi jiwa ini terletak pada investasi dan bukan dari fungsi proteksi yang didapatkan.
Nilai investasi memang ada dan akan ditambahkan ke UP ketika tertanggung meninggal dunia. Namun jumlahnya tidak pasti dan bergantung pada banyak kondisi. Maka lebih baik anda memperhatikan nilai UP dalam asuransi jiwa karena itulah yang dijamin oleh perusahaan asuransi untuk dibayarkan kepada anda suatu saat. Pastikan nilai UP ini memberi nilai cukup besar bagi kebutuhan keluarga anda.
.: Tidak Semua Orang Butuh Asuransi Jiwa
Bukannya kami mengingkari kebutuhan ini, tetapi demikian juga yang disampaikan oleh para pakar keuangan dan asuransi lewat sejumlah tulisan mereka: tidak setiap dari kita butuh asuransi jiwa. Jika anda tidak yakin dengan pendapat ini coba kita lihat lagi tujuan dari dilahirkannya asuransi jenis ini. Tujuannya tak lain adalah memberikan UP kepada ahli waris ketika tertanggung meninggal dunia.
Maka bagi kita yang masih lajang dan tidak memiliki tanggungan, atau kita yang baru saja lulus kuliah dan memasuki dunia kerja (asumsinya juga belum punya tanggungan), kita tentu tidak membutuhkan asuransi jenis ini. Berbeda ketika dibandingkan dengan mereka yang jadi tulang punggung keluarga, atau setidaknya memiliki tanggungan ekonomi yang harus dipenuhi. Mereka bagaimanapun membutuhkan asuransi ini guna memenuhi fungsi proteksi.
Bagi anda yang masih lajang dan belum memiliki tanggungan, daripada membeli produk asuransi jiwa lebih baik membeli produk lain yang lebih berarti. Misalnya, asuransi dana pensiun atau bahkan anda gunakan untuk berinvestasi seperti reksa dana, deposito, dan jenis lainnya. Suatu saat nanti ketika anda memiliki tanggungan, barulah anda membeli produk asuransi jiwa yang ada.
.: Perhatikan dengan Seksama Siapa yang Jadi Tertanggung
Barangkali ini persoalan sederhana, tetapi nyatanya seringkali ada kesalahan dalam menentukan siapa yang jadi tertanggung. Dalam polis asuransi jiwa, tertanggung adalah pihak, yang jika dia meninggal dunia, maka perusahaan asuransi akan membayar uang pertanggungan.\
Banyak ditemui kasus bahwa tertanggung justru seringkali pihak yang tidak berisiko secara finansial, misalnya, anak dan istri yang tidak bekerja. Artinya, ketika mereka mengalami musibah, sama sekali tidak ada sumber penghasilan yang kemudian hilang atau berkurang.
Maka, prinsip pertama adalah jadikan orang yang merupakan sumber penghasilan sebagai tertanggung. Kedua, ketika suami dan istri sama-sama bekerja maka pilihlah dia yang memiliki penghasilan lebih besar terlebih dahulu untuk memiliki asuransi, karena dia punya risiko keuangan yang lebih besar.
.: Pahami dengan Detil Soal Asuransi Tambahan
Ketika kita membeli asuransi jiwa, kita juga akan ditawari asuransi tambahan lain yang terkait dengan asuransi ini. Asuransi tambahan ini sering disebut dengan rider. Banyak ditemui nasabah yang membeli asuransi tambahan ini, tetapi tidak memahami manfaat darinya. Hal ini jelas merugikan bagi kita karena anda harus membayar premi lebih mahal.
Asuransi tambahan ini misalnya asuransi kesehatan. Padahal anda sudah mendapatkan fasilitas asuransi kesehatan yang sebenarnya sudah cukup dari kantor, entah itu produk asuransi dari perusahaan asuransi swasta ataukah BPJS. Konsekuensi dari membeli asuransi tambahan ini ada dua. Pertama, anda perlu membayar premi lebih mahal. Kedua, nilai UP asuransi jiwa anda berkurang karena terpotong untuk membeli asuransi tambahan.
Maka anda benar-benar harus memperhitungkan apakah anda butuh asuransi tambahan itu atau tidak. Jika anda butuh, kemudian perhatikan juga bagaimana sistem kerja klaim asuransi ini, bagaimana kriteria yang dibutuhkan, perhatikan juga definisi pada setiap asuransi tambahan yang anda lihat.
Kesimpulannya, anda yang sudah berkeluarga atau sudah memiliki tanggungan, lebih baik membeli asuransi jiwa dengan beberapa pertimbangan di atas. Memang benar bahwa premi asuransi yang dibayarkan relatif mahal, tetapi fungsi proteksi dan UP yang akan anda dapatkan cukup sebanding.

Daftar gratis di Olymp Trade: