Bagi Anda yang belum pernah mendengar apa itu 4P, mungkin merasa kebingungan tentang apa yang dimaksud hal tersebut. Dalam kegiatan pemasaran, dikenal konsep 4P yaitu: Product, Price, Placement, and Promotion. Konsep ini dapat diterapkan oleh seorang wirausaha dalam memulai suatu bisnis.
Product
Menentukan produk/jasa yang akan ditawarkan ke pasar umumnya menjadi langkah paling awal. Ide mengenai produk bisa didapatkan dari beberapa sumber. Cara termudah adalah dengan membandingkan langsung produk sejenis seperti yang ingin dijual, dan melakukan riset kecil-kecilan ke target pasar mengenai kelebihan dan kekurangan dari produk tersebut. Hasil dari riset tersebut diharapkan memberikan informasi yang lebih akurat bagi wirausaha mengenai prospek pasar yang akan dimasukinya dan produk macam mana yang diharapkan oleh target pasar.
Price
Menentukan harga produk tidak semudah yang dibayangkan. Pertanyaan utamanya adalah, Bilamanakah harga produk atau jasa dapat diterima oleh pasar? Cara yang umum digunakan adalah dengan menggunakan patokan hitungan biaya produk tersebut dari awal disiapkan hingga siap jual. Setiap produk memiliki berbagai komponen biayanya sendiri, dari awal produksi hingga produk tersebut dipajang di rak-rak display penjualan. Menentukan harga berdasarkan biaya dilakukan dengan menambahkan presentase margin tertentu ke biaya produk, dan presentase tersebut dianggap sebagai keuntungan. Persentase didapatkan sesuai dengan rata-rata margin di pasaran. Menggunakan metode ini memiliki kelemahan sendiri. Produk akan mengalami krisis keunikan (uniqueness) dimana keunikan yang memiliki daya pembeda produk dari saingannya luput diperhitungkan. Keunikan justru mampu membantu produk agar memiliki harga premium di pasar.
Placement
Tidak kalah penting adalah mengenai dimana produk tersebut yang akan ditawarkan tersebut mudah ditemukan oleh target pasar yang dituju. Pada beberapa industri, misalnya ritel atau restoran, masalah penempatan berarti sangat penting. Ungkapan “Lokasi, Lokasi, Lokasi” sebaiknya sangat diperhatikan oleh wirausaha, karena bisa jadi pemilihan lokasi tempat usaha yang buruk dapat berakibat langsung kepada kegagalan dari usaha yang dijalankan.
Promotion
Aspek penting lainnya adalah mengenai promosi dari produk. Bagaimana suatu produk akan dikenalkan ke pasar agar pelanggan tergerak untuk membelinya. Salah satu cara berpromosi efektif adalah dengan beriklan. Bagi wirausaha yang baru memulai bisnis, iklan dilakukan dengan mempertimbangkan efektifitas dan efisiensi-nya. Untuk mendapatkan efektifitas beriklan sebaiknya dilakukan pemilihan media iklan yang benar-benar cocok dengan karakter target pasar dari produk. Mungkin tidak diperlukan untuk memasang iklan di segala media/tempat karena belum tentu berpengaruh kepada peningkatan penjualan. Selain itu pemasangan iklan juga berhubungan dengan biaya yang dikeluarkan. Pada tahap-tahap awal memulai bisnis, sebaiknya masalah biaya mendapat perhatian khusus agar tidak menjadi ganjalan dalam operasional usaha. Tentukan juga tujuan dari promosi, apakah untuk menciptakan kesadaran merek atau dimaksudkan untuk meningkatkan penjualan. Jangan lupa untuk mengukur hasil dari setiap kegiatan promosi yang dilakukan, apakah sesuai dengan harapan atau masih perlu perbaikan untuk kegiatan promosi berikutnya.
Jika dahulu strategi pemasaran dipengaruhi oleh rumus 4P (Product, Place, Price danPromotion), kini diambil alih oleh strategi 4C (Community, Co-Creation, Customisation dan Conversation).
Banyak ahli pemasaran percaya bahwa rumus 4P yang dahulu banyak digunakan oleh para pebisnis berjalan sangat ampuh dalam memompa penjualan. Nyatanya, seiring dengan perubahan karakter pasar, rumus tersebut sudah semakin ditinggalkan. Alasannya, konsumen sudah semakin pintar. Richard Reeves dan John Knell dalam buku mereka, The 80 Minute MBA,menerangkan betapa dahsyat rumus 4C yang mengambil alih rumus 4P dalam bisnis.
Community (komunitas) Tantangan terbesar untuk pemasaran adalah bagaimana agar produk yang Anda jual bukan hanya sukses kepada individu, tetapi juga kepada komunitas yang merupakan kumpulan dari individu tersebut. Jika Anda sukses menjual kepada komunitas, maka dengan sendirinya pelanggan-pelanggan individu akan datang dan mencari produk Anda.
Customisation (Kustomisasi) Coba perhatikan seberapa sering Anda mendatangi kantor bank atau agen tiket pesawat ketimbang melakukan transaksi melalui online. Ya! kemajuan segala bidang karena tingginya ketergantungan orang terhadap internet telah mengubah pola dan karakter mereka dalam menghabiskan uang. Jika Anda berpikir memiliki toko di sebuah pinggir jalan yang ramai saja sudah cukup, maka Anda akan semakin tertinggal. Intinya adalah bisnis juga perlu inovasi.
Co-Creation (penciptaan bersama) Gantibaju.com termasuk salah satu bisnis yang telah sukses mengembangkan strategi ini. Mereka mengajak pelanggan mereka ikut mendesain kaos dan mempromosikannya. Menurut Revees dan Knell, ada kecenderungan konsumen dewasa ini memiliki keinginan menggunakan produk yang mereka rancang sendiri. Bukan apa-apa, mereka rata-rata sudah mencapai tahap titik bosan dengan bentuk dan desain yang ditawarkan oleh produsen. Tentunya Anda ingat betapa ketika Hannamasa, self-service restoran muncul dan langsung digemari oleh pelanggannya.
Conversation (percakapan) Ketika tiga elemen C tersebut dijalankan dengan benar, pertanyaannya adalah “Apakah Anda masih bisa menerapkan percakapan dengan pelanggan seperti dahulu?” Semakin sering orang bertransaksi lewat internet, semakin sering mereka melupakan nomor layanan pelanggan. Mungkin saja mereka lebih memilih lewat media sosial untuk mengeluh ketimbang menelepon. Dibutuhkan suatu seni baru dalam bercakap-cakap. Ingat, pelanggan semakin pintar. Percakapan basa-basi dan komunikasi kaku dengan pelanggan akan semakin ditinggalkan. Anda harus memiliki seni bercakap-cakap yang baru.

Daftar gratis di Olymp Trade: