Indonesia adalah negara yang sarat dengan kekayaan alam. Kenyataan ini tak bisa disangkal lagi. Belasan ribu pulau besar dan kecil di Indonesia menyimpan hasil tambang yang sangat bernilai, belum ditambah dengan keindahan yang ditawarkan dalam bisnis pariwisata. Namun mengapa rasanya kelimpahan potensi itu menjadi kurang berarti?
Sebagian besar dari kita barangkali akan menjawab: karena negara ini salah urus. Pengelolaan atau manajemen pemerintahan yang ada di negara ini tidak memadahi untuk kemudian bisa membuat rakyat menikmati kerja keras yang mereka lakukan untuk mengembangkan segala potensi yang ada di negeri ini.
Begitu dengan keuangan kita, perlu dibuat sebuah sistem pengelolaan yang baik untuk kemudian bisa memenuhi kebutuhan kita. Salah satu dana yang harus disiapkan dan dikelola dengan baik adalah dana darurat. Pengelolaan ini menjadi begitu penting karena secara umum memang kita ?alah urus?terhadap keuangan kita.
Misalnya, berbagai penelitian yang dilakukan oleh lembaga riset di Indonesia menunjukkan bahwa kelas menengah di Indonesia menghabiskan 75 persen penghasilan untuk konsumsi, sisanya 25 persen baru ditabung dan diinvestasikan. Idealnya, minimal 30 persen diinvestasi, sisanya baru digunakan konsumsi dan membayar cicilan.
Riset lain menunjukkan bahwa mayoritas kelas menengah di Indonesia tidak begitu paham soal investasi. Hal ini diperkuat dengan data bahwa hanya 10 persen dari mereka yang memiliki sejumlah dana yang diinvestasikan dalam bentuk reksa dana. Sebagian besar sisanya lebih memilih untuk menyimpan uang mereka di tabungan. Padahal, tabungan hanya memberikan keuntungan kecil. Seharusnya sebagian besar harta mereka ada di investasi, sedangkan tabungan dibatasi cukup untuk memenuhi dana darurat dan kebutuhan jangka pendek.
Nah, di sinilah kita menemukan makna dana darurat dalam pengelolaan keuangan secara luas. Seperti namanya, dana darurat akan sangat bermakna ketika kita dihadapkan pada kebutuhan-kebutuhan darurat yang membutuhkan sejumlah dana.
Ada yang menyebut dana darurat itu bersifat FINO (First In Never Out). Ungkapan ini menekankan bahwa dana darurat sebaiknya tidak pernah anda gunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Anda harus memisahkan antara dana darurat dengan dana yang anda gunakan untuk pengeluaran sehari-hari. Bahkan bila perlu buatlah dua rekening yang berbeda, sambil terus meningkatkan saldo dana darurat yang ada di rekening itu.
Lantas, mengapa kita perlu menyimpan dana darurat dalam tabungan? Tak lain, argumentasi tak terbantahkan dari ini adalah soal likuiditas. Dana darurat harus disimpan dalam bentuk yang sangat likuid, sangat cair, sehingga dapat diambil sewaktu-waktu anda membutuhkannya. Maka menyimpan dana darurat dalam bentuk tabungan atau giro adalah keputusan yang sangat tepat karena alasan likuiditas dan risiko yang minimal.
Jika ditanya ?erapa jumlah dana darurat yang perlu dimiliki??setiap orang barangkali akan menjawab nominal yang berbeda lantaran hanya mengira-ira. Namun demikian, ada rumusan umum yang disepakati oleh para pakar keuangan sebagai jumlah minimal dana darurat yang perlu anda miliki.
Jika anda adalah seorang lajang dan tidak memiliki tanggungan dana, sebaiknya anda memiliki dana sejumlah tiga kali pengeluaran bulanan anda. Jadi misalnya anda tiap bulannya memiliki pengeluaran sebesar Rp2,5 juta untuk hidup, maka sebaiknya anda punya dana darurat minimal Rp7,5 juta. Ingat sekali lagi, bahwa ini adalah jumlah minimal. Semakin banyak anda memiliki dana darurat, anda akan makin siap untuk menanggulangi hal-hal yang bisa berubah sewaktu-waktu.
Namun jika anda sudah berkeluarga, dana darurat yang anda miliki haruslah lebih besar. Paling tidak anda harus memiliki dana darurat sebesar enam kali pengeluaran bulanan anda. Misalnya kebutuhan keluarga kecil anda setiap bulannya mencapai Rp5 juta, maka anda perlu memiliki dana darurat sebesar Rp30 juta. Jumlah sebesar ini memang diperlukan agar anda memiliki tingkat keamanan yang sesuai.
Ada dua hal yang sebaiknya mendorong anda memiliki dana darurat yang lebih besar. Pertama, anda dan keluarga yang anda tanggung, tidak memiliki asuransi kesehatan. Kedua, ketika anda adalah seorang pekerja lepas (freelance) yang barangkali tidak mendapatkan pemasukan yang tetap setiap bulannya. Untuk kasus-kasus seperti ini, makin besar dana darurat yang anda miliki maka akan semakin ?man?hidup yang anda jalani.
Meskipun demikian, seperti yang sudah disampaikan di awal, jangan terlalu banyak menyimpan uang di bank dalam bentuk tabungan. Cukupkan tabungan untuk dana darurat dan kebutuhan sehari-hari saja. Simpanlah sebagian besar harta anda dalam bentuk investasi agar menghasilkan keuntungan yang lebih besar dan lebih berguna bagi anda.
Sebagai ringkasan sekaligus penutup, ada tiga hal penting yang perlu anda pahami soal dana darurat ini. Pertama, dana darurat harus dipenuhi dari tabungan, bukan utang. Kedua, jujur dan bentuklah komitmen untuk tidak menggunakan dana darurat dalam kebutuhan sehari-hari. Ketiga, dana darurat harus dalam bentuk tabungan atau giro, sedangkan berikan kekayaan besar lain yang anda miliki dalam bentuk investasi apapun yang lebih memberikan keuntungan yang lebih baik.

Daftar gratis di Olymp Trade: